TIMES WONOGIRI, CIANJUR – Tahun 2024 menjadi saksi capaian monumental dalam penghimpunan zakat di Indonesia. Total dana sosial keagamaan (ZIS-DSKL) yang dihimpun mencapai Rp40,5 triliun.

Angka ini mencerminkan tingginya kesadaran dan partisipasi umat dalam menunaikan kewajiban zakat, infak, sedekah, serta dana keagamaan lainnya yang dikelola oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di berbagai kabupaten.

Dari lebih dari 500 kabupaten yang terlibat, sorotan utama tertuju pada Kabupaten Cianjur, yang berhasil mengukir prestasi gemilang sebagai daerah dengan penghimpunan zakat peringkat dua setelah Sumedang.

“Prestasi Cianjur ini sungguh luar biasa, menunjukkan potensi besar daerah dalam menggerakkan ekonomi umat,” ujar seorang pengamat ekonomi syariah yang enggan disebut namanya, Selasa (22/7/2025).

Data yang dirilis Baznas menunjukkan bahwa Sumedang berhasil menghimpun Rp46,24 miliar, jauh melampaui daerah lain. Di posisi kedua, Kabupaten Cianjur juga menunjukkan kinerja impresif dengan total Rp29,04 miliar.

"Angka-angka ini tidak hanya merefleksikan kekuatan finansial, tetapi juga semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang kuat di tengah masyarakat," tambahnya.

Tercatat, ada Kabupaten Serang menempati posisi ketiga dengan Rp27,65 miliar, diikuti oleh Gresik dengan Rp27,55 miliar, dan Tasikmalaya dengan Rp24,99 miliar.

Kabupaten-kabupaten lain seperti Banyumas (Rp24,35 miliar), Siak (Rp23,93 miliar), Karanganyar (Rp23,59 miliar), Sukabumi (Rp22,57 miliar), dan Cilacap (Rp22,36 miliar) juga turut menyumbang kontribusi signifikan.

Daftar ini terus berlanjut dengan Ciamis (Rp21,84 miliar), Bekasi (Rp21,71 miliar), Rokan Hilir (Rp21,65 miliar), Kampar (Rp20,72 miliar), dan Barru (Rp20,24 miliar), menunjukkan sebaran partisipasi yang luas di seluruh Indonesia.

Capaian penghimpunan dana zakat ini, menurut Baznas, mencakup zakat maal, zakat fitrah, infak/sedekah, kurban, dan dana sosial keagamaan lainnya (DSKL).

Dana-dana ini, seperti yang sering disampaikan oleh para ahli, memiliki peran krusial tidak hanya sebagai instrumen ibadah, tetapi juga sebagai pendorong pemberdayaan masyarakat.

“Dana zakat yang terkumpul ini akan sangat membantu dalam berbagai program sosial dan ekonomi, terutama bagi mereka yang membutuhkan,” tuturnya.

Keberhasilan ini menggarisbawahi pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, Baznas, dan masyarakat dalam mengoptimalkan potensi zakat. Peningkatan literasi zakat dan kemudahan dalam penyaluran menjadi faktor kunci dalam mencapai angka fantastis ini.

"Dengan terus mendorong kesadaran dan partisipasi, diharapkan penghimpunan dana zakat di masa mendatang akan semakin meningkat, memperkuat fondasi ekonomi umat dan kesejahteraan sosial di Indonesia," tandasnya. (*)