TIMES WONOGIRI, BLITAR – Kota Blitar yang kerap dijuluki Kota Patria, menyimpan banyak cerita perjuangan dan sejarah bangsa. Salah satunya adalah Istana Gebang, rumah masa kecil Ir Soekarno (Bung Karno) yang kini menjadi destinasi wisata sejarah dan edukasi.
Terletak di Jalan Sultan Agung No.59, Kecamatan Sananwetan, rumah bergaya kolonial ini tidak hanya menyimpan kenangan masa remaja Sang Proklamator, tetapi juga menyuguhkan peninggalan asli yang masih terawat sejak akhir abad ke-19.
Istana Gebang berdiri megah dengan luas sekitar 1,7 hektare, dikelilingi suasana asri dan nuansa sejarah yang kental.
Suasana ruang keluarga di Istana Gebang Blitar, lengkap dengan perabot asli peninggalan keluarga Bung Karno.(Foto: Abimanyu Satrio Widodo/TIMES Indonesia)
Bangunan ini menjadi saksi kehidupan Bung Karno remaja pada 1917–1919, ketika ia tinggal bersama kedua orang tuanya, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, serta sang kakak, Soekarmini Wardoyo.
Awalnya, rumah ini milik seorang pegawai Belanda bernama CH. Portier dan dibangun bersamaan dengan Stasiun KA Blitar pada 1884. Ketika ayah Bung Karno pindah tugas ke Blitar sebagai penilik sekolah (mantri guru), keluarga ini menempati rumah tersebut.
“Dulunya rumah ini milik pegawai KAI berkebangsaan Belanda. Saat ayah Bung Karno dipindahtugaskan ke Blitar, keluarga beliau menempati rumah ini,” ujar Kintan, pemandu wisata Istana Gebang.
Mobil antik Mercedes Benz 190 buatan Jerman, digunakan Bung Karno saat menjabat Presiden RI. Kendaraan ini menjadi salah satu koleksi berharga yang dapat dilihat di Istana Gebang Blitar. (Foto: Abimanyu Satrio Widodo/TIMES Indonesia)
Pada 7 Juni 2012, Istana Gebang resmi diserahkan kepada Pemerintah Kota Blitar untuk dijadikan destinasi wisata bersejarah.
Memasuki rumah utama, pengunjung disambut ruang tamu luas bergaya Jawa klasik, lengkap dengan kursi dan meja tua yang masih orisinil. Di dindingnya terpajang foto-foto Bung Karno dan lukisan karya seniman yang dihibahkan khusus untuk Istana Gebang.
Ruang keluarga menampilkan kursi kayu beranyaman rotan, meja kerja dengan mesin ketik milik kakak ipar Bung Karno, Poegoeh Wardoyo, serta lima kamar dengan fungsi beragam, termasuk kamar Bung Karno semasa remaja dan kamar orang tuanya yang pernah ditempati kembali saat beliau menjabat Presiden RI.
Di bagian belakang, terdapat meja kursi tempat Bung Karno bersantai, yang juga pernah digunakan untuk rapat anggota PETA di bawah pimpinan Sudanco Supriyadi. Ruang makan keluarga, dapur dengan tungku kayu bakar, hingga kamar mandi asli masih terjaga bentuknya.
Salah satu daya tarik unik adalah sumur tua yang konon tak pernah kering sejak 1884. Airnya dipercaya membawa keberkahan, sehingga pengunjung kerap mencuci muka di sini. Tak jauh dari sumur, terdapat gamelan tua yang dulu digunakan menyambut kepulangan Bung Karno ke Blitar.
Menutup tur, pengunjung bisa melihat mobil antik Mercedes Benz 190 buatan Jerman, yang digunakan untuk menjemput Bung Karno pada 1961. Semua koleksi ini menghadirkan suasana nostalgia, seolah mengajak pengunjung menapaki jejak masa kecil Sang Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Menurut salah satu pengunjung, Tegar Arminto Dewantoro, Istana Gebang bukan sekadar museum, melainkan pengingat abadi akan pesan Bung Karno: “Jas Merah” – Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bernostalgia di Istana Gebang, Rumah Masa Kecil Bung Karno di Kota Blitar
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Ronny Wicaksono |